Satu Anak Tangga - Deliani P. Siregar
Dia mahasiswi jurusan teknik sipil dan angkatan 2011.
Ketika aku baca tulisannya, rasanya sebelas-dua belas antara tertarik nulis - ngeMC - Abroad.
Tapi beda. Mendadak ciut. Rasanya aku pengen nangis. Berle emang. Tapi serius.
Ketika baca, rasanya astaga... udah segini aku bisa apa? ngehasilin apa?
Dia udah mau nerbitin buku kedua. Aku ? Nyampah gini, verbal lemah, ga bisa serius. Jurnalis macam apa? Nge-MC ? mau tapi plis ditawarin udah takut duluan. Abroad ? On the way to make it real *amin.
Lanjut. Setelah semua selesai dibaca, aku makin........ ah gatau.
Aku selalu impress dan iri sama orang-orang yang berani kaya gitu. Take a step without frantic and worries.
-----
Ada dua tipe orang yaitu pengamat dan radikal.
Aku tipe pengamat dimana lebih sering ngomong layaknya dibalik layar, bukan tipe radikal yang setiap saat muncul di depan layar.
Aku penakut. Aku takut konsekuensi atau resiko dan apa yang akan terjadi nanti.
Ini salah. Aku tau ini membunuh, ini yang menjadikan hambatan atas keberkembanganku dan merobohkan segala anak tangga yang sudah dibangun rapi.
Aku sadar dari dulu.
Aku mau jadi berani. Tapi........ susah. Takut.
Peluk aku. Aku sedih.
Aku masih anak dayung yang belum bisa mendayung sampannya sendiri.
Rasanya aku masih sangat perlu didayung.
.
.
.
.
Mungkin memang belum saatnya aku bisa mendayung sampanku sendiri.
Kapasitas orang tidak bisa selamanya disama-ratakan.
Aku dan deliani beda. Jarak tempuh dan waktu yang diperlukanpun tidak sama.
Yasudah. Dayung dan doakan.
:')
No comments:
Post a Comment