Aku bermimpi untuk menjadi lebih berani, bisa berada dalam posisi serius, menjadi presenter, MC, ikut sp2mp, lolos pkm, publikasi biodiversitas laut secara nasional maupun internasional, mendapat IP yang bagus, cepet lulus, keliling dunia pake uang sendiri, diving, main musik, jurnalist hebat dan lain sebagainya.
Ah, terlalu banyak mimpi yang berputar-putar di kepala yang ingin dicapai dan masih jauh.
Bahagia.
Tidak bisa dipungkiri ketika kalian mendapati atau mencapai satu dari sejuta mimpi yang ada, rasanya akan bahagia. Mungkin lebih dari sekedar kata 'bahagia'.
Ini cerita dulu, sekitar 3-4 bulan yang lalu.
Lima minggu lebih lamanya hidup di kota rantau, akhirnya aku pulang. Seperti biasa, menghabiskan waktu untuk mengobrol bersama mama-bapak-adik (sebut roy).
Seperti biasa, obrolanku dengan mama seputar... yaaa Teenage life-lah. Hati hati dengan pergaulan dan berbagai macam.
Roy. Kita ngePES, nonton film, kepo bareng, ngemil sampe mual dan hal hal yang menyenangkan lainnya.
Giliran bapak. Ini yang paling aku suka. Aku tidur disebelah bapak, meluk dan rasanya terlindungi layaknya anak TK. Aku nggak peduli dengan umurku yang sudah 18 tahun ini masih bermanja-manja dengan orang tua.
Seperti biasa, aku bercerita tentang kuliahku, kedepannya mau gimana, dan banyak hal lagi. Bapak bercerita tentang masa hidupnya semasa kecil, semasa kuliah, perjuangan orang tuanya, ketika berada di lingkungan kerja, attitude, dan berbagai macam hal yang didalamnya terkandung makna kehidupan. Aku bahagia dan merasa terarahkan.
Ada satu cerita yang bikin aku ... "Aku harus bisa melakukan itu"
"Jangan liat ke atas terus, tapi liat kebawah. Kalau dikasih rezeki yang cukup, berbagi ke orang lain. Karena nantinya bakal balik lagi ke kamu"
Well. Kalimat itu yang bikin aku pengen memberi suatu hal ke orang. Entah itu ngajar anak-anak jalanan, memberi makan ke anak-anak lampu merah yang tidur dijalan. Ya, semacem itu.
Aku ngerasa, uang sangu lebih dari cukup. Tapi aku ga pernah menggunakannya untuk hal semacam itu. Aku sering memboroskan uang untuk hal yang tidak terlalu penting.
Betapa sedih ketika melihat ke bawah. Terlalu banyak orang yang kesusahan. Aku mulai benar-benar mengamati jalanan lebih dari biasanya, dan mulai merasa lebih mengkasihani dari biasanya. Aku merasa berdosa atas aku yang boros dan serasa hedon buat makan. Padahal belum tentu mereka sehari itu bisa makan.
Aku benar-benar tersadar.
Hanya tersadar. No action, just an eagerness.
Satu sisi sedih, bener-bener pengen seengaknya sesekali bisa ngasih makan pake uang sendiri. Satu sisi.... aku butuh uang buat beli berbagai macam peralatan kuliah.
---
Aku mengikuti kepanitian PALAPA 2012 lalu. Jadi anak logistik-konsumsi, bertemu orang orang baru dan rasanya menyenangkan.
Setiap hari pada 5 hari menjelang hari H, di GSP rutin mengadakan acara. Entah itu acara halal bihalal pemandu, gladi kotor, gladi resik dan lain sebagainya.
Riweuh masalah konsumsi jelas. Sebenernya, aku bahagia berada di dalam sie ini karena makanan melimpah.
Selesai acara pada satu hari diantara hari-hari itu, ada satu orang yang nyeletuk "Mau ikut ke daerah tugu?"
Ini bocah mau ngapain. Aku berfikir sembari ngeliat 2 plastik gede yang ditentengnya.
Beberapa menit kemudian aku baru 'ngeh'.
Wah ini! Balik lagi ke nasihat yang aku ambil dari cerita bapakku.
Aku baru sadar plastik plastik gede itu ternyata berisi banyak bungkusan makanan catering yang sebenarnya untuk panitia itu sendiri, ck ternyta sisa banyak.
Sebenarnya aku sedikit ogah, karena saat itu aku bener-bener dalam kondisi capek.
Tetapi aku ga kuasa menahan ajakannya. Bergegas aku mengiyakan untuk ikut.
Setibanya di lokasi, yang aslinya berempat terbagi menjadi 2.
Mulailah saat membagikan makanan kepada orang-orang sekitar di sepanjang jalan tugu menuju stasiun yang berada di emperan toko.
Aku mengikuti langkah temanku dari belakang. Mengamati dan memberikan respon senyum dan 'sama-sama' ketika orang-orang tersebut berucap terimakasih.
Tak lama kemudian, temanku menyuruhku untuk memberikan bungkus makanan ini kepada bapak parkir yang sedang duduk santai yang juga sudah lumayan tua. Sebenarnya aku sedikit ragu aku harus berucap apa nantinya ketika memberi. Aku takut.
Semakin dipaksa.
Akhirnya, aku memberanikan diri untuk tidak ragu.
Hasilnya.... membahagiakan lebih dari apapun.
Bapak parkir itu mengucapkan terima kasih, dan aku-pun didoakan olehnya.
"Maturnuwun nduk, mugi-mugi dibales karo sing Kuoso. Rezeki-ne lancar, uripe yo lancar. Kuliahe yo gek cepet lulus"
Amin.
Ah... seumur hidup baru kali ini.
Sekali lagi, di-doa-kan.
Sepanjang jalan aku nggak berhenti senyum. Dalam hati, padahal itu bukan hasil uangku.
Semenjak itu, sedikit demi sedikit aku mulai ketagihan untuk memberikan semacam hal ini.
Dan untungnya, setiap harinya menjelang hari H maupun pada hari H, ketersediaan makanan bersisa banyak. Dengan semangat dan senang hati aku mengiyakan setiap ajakan untuk membagikan makanan.
Aku sangat bahagia.
Ini sebuah mimpi sederhana dari sejuta mimpi yang ada. Mimpi yang sebenarnya sangat mudah untuk dicapai. Mimpi untuk memberi. Kebahagian yang datang dengan cara yang sederhana.
Well. Ketika kalian membaca ini, mungkin kalian tidak merasakan feel-nya. Rasa bahagia ketika mendapati ucapan terimakasih dan di-doa-kan atas pemberian kalian.
Berbagi itu membahagiakan. Cobalah berbagi sesekali, dan rasakan.
Lihatlah kehidupan di bawah, jangan melihat dan mengikuti kehidupan di atas terus.
Pergunakan uang yang cukup dimiliki dengan sebaik mungkin, jangan digunakan untuk hal yang tidak perlu.
Hiduplah sederhana.
Okay then, mungkin cerita ini terlalu bertele. Maaf ya.
Sekian dan terimakasih.
No comments:
Post a Comment